dampak sex bebas


KLIPING PENJAS
DAMPAK SEX BEBAS









Disusun Oleh :
Nama         : Adi Prayoga
Kelas          : XI IPS1
Pelajaran   : Penjas




MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PESAWARAN
KABUPATEN PESAWARAN
TP. 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun  ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan lain-lain, sehingga Kliping  penjas  ini telah selesai disusun dengan pokok pembahasan mengenai “Dampak Sek Bebas“ Kliping penjas  ini disusun untuk memenuhi kebutuhan siswa untuk menambah pengetahuan siswa tentang hal yang berhubungan dengan Dampak Sek Bebas.     
          Kliping ini disusun dengan menggunakan ragam bahasa sederhana. Agar isi, maksud dan tujuan penyusunan Kliping ini dapat dipahami dengan mudah. Penyusun telah berusaha sekuat tenaga dan pikiran dalam menyusun Kliping ini. Namun demikian tentunya masih banyak kekurangan-kekurangannya. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan isi Kliping ini untuk masa yang akan datang.
          Demikian Kliping ini disusun dengan harapan semoga bermanfaat bagi para pembacanya. Dan semoga allah SWT senantiasa memberikan Taufiq dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal ‘alamin.


Kedondong,  Juni 2015
Penyusun












DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................  i
KATA PENGANTAR ..............................................................................  ii
DAFTAR ISI .............................................................................................  iii

BAB I        PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah ....................................................  1
B.       Rumusan Masalah .............................................................  2
C.       Tujuan Penulisan ...............................................................  2

BAB II       PEMBAHASAN
A.      Bahaya Seks Bebas ...........................................................  3
B.       Menghindari Seks Bebas ...................................................  5
C.       Pencegahan Seks Bebas Menurut Agama .........................  6
D.      Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga .........................  7

BAB III     PENUTUP
A.      Kesimpulan .......................................................................  11
B.       Saran .................................................................................  11

DAFTAR PUSTAKA  





BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology: 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.
Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.



B.            Permasalahan
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan masalah yang di hadapi adalah apa bahaya seks bebas dan bagaimana menghindari seks bebas ?.

C.           Tujuan Permasalahan
Tujuan permasalahan yang dihadapi yang terdapat dalam makalah ini adalah
1.    Menambah pengetahuan tentang bahaya seks bebas dikalangan remaja;
2.    Mengetahui cara untuk menghindari seks bebas.























BAB II
PEMBAHASAN

A.           Bahaya Seks Bebas
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton, berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat, dari 5% pada tahun 1990-an menjadi 20% di tahun 2000.
Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS, dll). Di Amerika Serikat setiap tahunnya hampir satu juta remaja perempuan menjadi hamil dan sebanyak 3,7 juta kasus baru infeksi penyakit kelamin diderita oleh remaja.
Perilaku seks bebas tidak aman dikalangan remaja karena dapat dan banyak menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun putri. Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari perilaku seks bebas tidak aman tersebut lebih berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang remaja putra. Seringkali remaja berperilaku seks berisiko karena tidak punya cukup pengetahuan mengenai akibatnya. Berikut beberapa bahaya utama akibat seks bebas :
1.    Timbul Rasa Ketagihan
Seks bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya. Sekali seseorang mencoba melakukan seks bebas, maka dapat dipastikan orang tersebut akan melakukan terus menerus perbuatan seks bebas. Hal ini disebabkan karena orang tersebut mendapatkan kenikmatan untuk menyalurkan hasrat seksualnya.
2.    Menciptakan Kenangan Buruk
Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental yang berat.
3.    Mengakibatkan Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar biasa. Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya.
4.    Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan Pembunuhan Bayi
Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan kanker rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan kematian.

5.    Penyebaran Penyakit
Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan keturunannya. Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV.
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks.




B.            Menghindari Seks Bebas
Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda perhatikan :
1.    Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2.    Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3.    Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4.    Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5.    Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.

C.           Pencegahan Seks Bebas Menurut Agama
Iman, merupakan hal yang paling penting dalam berpacaran. Karena penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya orang tersebut menjadi suami atau istri kelak, tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma pun selalu ada.

D.           Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga
Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai dapat memberikan mana ciri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks pada usia dini.
Menurut Afief Rahman (Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga: 1991), pendidikan seks sebaiknya dimulai dari kandungan. Pembacaan ayat-ayat suci dari Kitab Suci sangat penting. Hal ini ditujukan agar anak yang dikandung mendapatkan keberkahan dari Sang pencipta seperti diketahui, identitas seks manusia sudah dimulai sejak di dalam kandungan, sehingga memang sepantasnya pendidikan seks dimulai pada fase tersebut.
Pencegahan seks bebas dalam keluarga antara lain :
1.    Keluarga harus mengertitentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak mereka.
2.    Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
3.    Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang sama.
4.    Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang sopan.
5.    Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik.
6.    Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
7.    Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan sesuata yang paling berharga.
8.    Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.

Masa remaja merupakan masa yang rentan seorang anak dalam menghadapi gejolak biologisnya. Ditunjang dengan era globalisasi dan era informasi yang demikian rupa menyebabkan remaja sekarang terpancing untuk coba-coba mempraktekkan apa yang dilihatnya. Terlebih bila apa yang dilihatnya merupakan informqasi tentang indahnya seks bebas yang bisa membawa dampak pada remaja itu sendiri.
Pihak orang tua cenderung menganggap bahwa seks bebas dapat dicegah dengan melakukan peraturan yang keras terhadap anak-anaknya. Padahal hubungan seks tersebut kerap kali dilakukan di rumah saat orang tuanya sedang pergi. Untuk menghindari anak-anak dari hubungan seks bebas, berikut ini ada beberapa tips yang baik untuk menghindari masalah tersebut.
1.    Diskusikan seks dengan anak, meski anda sendiri, mungkin merasa risih, pendidikan seks sebaiknya dilakukan dalam perbincangan santai, seperti mengomentari sesuatu hal yang anda lihat bersama atau menjawab pertanyaan anak.
2.    Bercakap-cakap tentang seks dan kontrasepsi bukan berarti anda setuju dan mengizinkan anak melakukan hubungan seks. Melalui bercakap-cakap orang tua dapat mengungkapkan perasaannya tentang seks dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
3.    Jadikan orang tua, tempat bertanya. Orang tua sebaiknya tidak mengkritik pertanyaan anaknya. Yang pasti anak tahu kalau orang tua akan mendengarkannya. Kalau pertanyaan itu mungkin membuat anak takut atau marah, cobalah untuk tidak menunjukkan hal itu atau cepat-cepat mengakhiri diskusi. Berikanlah jawaban yang objektif.
4.    Bantu peningkatan rasa percaya diri, perdalam kemampuan khusus atau hobi bagi anak. Penguasaan suatu keterampilan akan memicu anak rasa percaya diri tanpa harus memikirkan seks.
5.    Ajak anak mengikuti kegiatan olah raga, serta organisasi, karena dengan melatih diskusi akan mengalihkan perhatiannya dari hal-hal yang berkaitan dengan seks.
6.    Bila anda seorang ayah, bersikaplah penuh perhatian terhadap putri anda. Kalau ayah tak lagi menunjukkan sikap kasih sayang, seperti memeluk, saat putrinya remaja ia jadi terluka dan mencari perhatian pada lawan jenisnya.
7.    Jangan bersikap terlalu keras terhadap anak, karena akan membuat anak jadi pembangkang. Terlebih orang tua cenderung menganggap seks dapat dicegah dengan memberlakukan peraturan yang keras terhadap anaknya. Padahal seks dilakukan di rumah saat orang tuanya pergi. Untuk menghindari hal itu orang tua bisa membuat peraturan uang tidak membolehkan teman lawan jenis datang kerumah bila tidak ada orang dewasa di rumah.
8.    Bentengi anak-anak dengan bekal agama yang cukup sejak kecil, agar mereka mengerti bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah merupakan dosa besar.

Keluarga Ujung Tombak Pencegahan
Pencegahan seks bebas dapat dilakukan melalui pendekatan ketahanan keluarga. Sayangnya, fungsi keluarga ini sudah sering ditinggalkan. Pemahaman semua serba boleh dan hilangnya rasa malu, ikut sosialisasi sehingga nilai-nilai penting yang seharusnya menjadi fungsi sebuah keluarga ditinggalkan. Ada delapan fungsi keluarga yang perlu diterapkan terutama kepada anak-anak. Ke delapan fungsi tersebut yakni fungsi agama, budaya, cinta kasih, fungsi perlindungan, reproduksi, sosial, ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Selain menerapkan fungsi keluarga tadi, perlu upaya pencegahan lainnya seperti meningkatkan sosialis dan ketakwaan kepada Tuhan, tidak melakukan hubungan seks di luar nikah, setia pasangan, menggunakan jarum suntik yang steril. Selain itu bila ingin melakukan atau menerima sosialisasi darah harus benar-benar bebas dari HIV/AIDS, tidak menggunakan seks dengan kelompok pengidap, tidak menggunakan pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi dari pengidap HIV/AIDS serta menggunakan kondom.

Pola Asuh
Sementara pembicara lain, Dra Hj Telly P Siwi Zaidan Psi, mengatakan perlunya menerapkan pola asuh yang tepat untuk menghindarkan remaja dari pergaulan dan seks bebas. Remaja,menurut psikolog ini, sangat rentan terhadap HIV/AIDS karenanya perlu perhatian ekstra tapi tetap dengan pola demokratis. “Pila asuh otoriter di mana keinginan orangtua dinomorsatukan atau pola asuh permissive (segala keinginan anak dituruti) bukan pola asuh yang tepat.


BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Ada beberapa faktor penyebab remaja melakukan seks bebas, diantaranya adalah menonton film porno, pengaruh pergaulan bebas, penyaluran hasrat seksual, dan kurangnya peran dan perhatian orang tua kepada anaknya.
Secara umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis, HIV/AIDS, dll). Cara menghindari seks bebas yaitu melalui pendidikan seks, pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Salah satu bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah pencegahan seks bebas menurut agama dan pencegahan seks bebas dalam keluarga.

B.            Saran
1.    Tingkatkan keimanan dan selalu dekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.    Tumbuhkan norma dan nilai-nilai sosial.
3.    Hindari pergaulan bebas yang dapat menjurus ke dalam perilaku seks bebas.
4.    Katakan "tidak", jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai "bukti cinta", jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat !!, sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan kesucian.


DAFTAR PUSTAKA





























 

LAMPIRAN

               

          
 




Comments

Popular posts from this blog

analisis cerpen peri pemetik air mata

makalah dasar-dasar komputer

Mendengarka Informasi Dari Berbagai Sumber